Minggu, 12 Juni 2016

Waspadai Benturan di Kepala Anak


Setiap kali kepalanya terbentur cukup keras, anak-anak yang masih kecil biasanya akan menangis karena kesakitan atau karena terkejut. Semakin keras tangisan pada anak, semakin gelisah sang ibu. Sebaliknya jika benturan di kepala tidak sempat membuat anak menangis ataupun rewel, bayangan cedera yang berat juga lekas hilang karenanya. Setiap benturan kepala bisa saja menimbulkan trauma atau cedera yang berbahaya. Secara klinis, trauma ini akan ditandai dengan benjolan, memar atau bisa juga disertai perdarahan atau gegar otak, mungkin karena perlukaan di bagian luar atau di dalam tulang tengkorak (intrakranial). Saat mengalami trauma, anak bisa tetap sadar atau sampai tidak sadarkan diri hingga koma. Aktivitas anak-anak biasanya memang disertai resiko trauma kepala. Bayi yang sedang belajar memiringkan tubuh, misalnya bisa tiba-tiba jatuh dari tempat tidur saat orang tua atau pengasuhnya sedang lengah. Atau jika mobil yang tengah melaju direm mendadak dan anak tidak didudukkan di atas kursi berpengaman khusus, sangat mungkin terjadi benturan. Jadi memang risiko trauma kepala ini bisa terjadi di manapun dan kapanpun.

Kasus trauma kepala yang serius memang jarang terjadi dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari. Tetapi bila terjadi resikonya sangat berat. Oleh karena itu kemungkinan gegar otak tetap perlu diwaspadai, jangan diabaikan karena menyangkut otak yang merupakan organ utama kita. Masa depan manusia bisa dikatakan terletak pada otaknya. Gegar otak yaitu memar akibat guncangan pada jaringan otak, yang menyebabkan terjadinya perdarahan kecil dan membuat jaringan otak jadi membengkak. Organ otak sendiri dapat diibaratkan sebagai puding tahu karena konsistensinya memang sangat lunak. Oleh karena itulah, otak memiliki perlindungan berupa tulang tengkorak yang relatif keras. Diantara tulang tengkorak dan jaringan otak juga terdapat cairan yang berfungsi sebagai shock absorber atau penahan guncangan dari luar.

Gumpalan darah atau pembengkakan yang terjadi bisa membuat otak terdesak sehingga fungsinya terganggu. Gejalanya beragam sesuai dengan bagian otak mana yang memar atau terdesak. Jika misalnya bagian pusat gerak yang terdesak maka salah satu atau kedua tangan atau kaki bisa lumpuh. Sedangkan jika perdarahan itu mendesak bagian pusat bicara maka bicara anak akan terganggu. Salah satu trauma kepala yang paling berbahaya adalah retaknya tulang dasar tengkorak, biasanya ditandai dengan keluarnya darah atau cairan otak dari telinga atau hidung. Saat si kecil mengalami trauma kepala, dia harus diperiksa dan diamati dengan cermat, terutama dalam 24 jam sampai 72 jam pertama. Tidak perlu panik ketika kepalanya benjol, memar atau berdarah, karena gejala-gejala tersebut belum memastikan ia mengalami gegar otak. Benjol atau memar sebagian besar disebabkan karena perdarahan di antara kulit kepala dan tulang tengkorak. Biasanya relatif tidak berbahaya asalkan anak tetap sadar penuh, tidak muntah-muntah, tidak pusing, dan tidak terus terlihat mengantuk.

Gejala gegar otak bisa langsung terlihat tetapi bisa juga tertunda, tergantung pada perdarahan yang terjadi dalam otak. Jika berlangsung cepat, anak bisa tidak sadarkan diri sesaat setelah benturan di kepala, tiba-tiba tidak dapat menggerakkan anggota badannya atau terganggu kemampuan bicaranya, tergantung otak bagian mana yang bengkak atau terdesak gumpalan darah. Sebaliknya jika perdarahan yang terjadi hanya berupa rembesan, maka awal timbul gejalanya akan tertunda. Beberapa hari kemudian barulah muncul gejalanya. Oleh sebab itulah, memantau trauma kepala dalam 72 jam pertama setelah kejadian tidak boleh diabaikan. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai setelah anak mengalami benturan di kepala:
·         Tidak sadarkan diri atau bengong.
·         Gelisah atau kejang-kejang.
·         Muntah-muntah atau sakit kepala.
·         Bicara atau penglihatan terganggu.
·         Tangan atau kaki tiba-tiba lumpuh atau berkurang aktivitasnya.
·         Pada anak yang sudah sekolah, prestasi jadi menurun.
·         Pada bayi, tidak seperti biasa, lebih cengeng atau lebih banyak tidur. Jika tidur susah dibangunkan.
·         Keluarnya darah atau cairan otak dari hidung, mulut atau telinga.
·         Nafas tidak normal.

Cara untuk mencegah terjadinya cedera kepala pada anak antara lain:
·         Jangan sekali-kali meninggalkan bayi tanpa pengawasan
·         Awasi pemakaian baby walker
·         Perhatikan keamanan di rumah
·         Saat bersepeda atau berkendaraan dengan motor, gunakan helm.
·         Hindari ujung-ujung furnitur yang runcing di sekitar rumah. Bila perlu berikan pengaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar