Cedera kepala dapat terjadi karena
banyak hal, seperti perkelahian, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera saat
berolahraga, jatuh, atau sekadar terbentur. Gegar otak adalah
jenis cedera kepala yang paling umum terjadi. Kata dalam bahasa Inggrisnya
adalah concussion yang berasal dari bahasa Latin yang berarti ’diguncang dengan
kencang’. Gegar otak adalah cedera kepala yang berdampak kepada fungsi otak. Selain
karena benturan dan guncangan pada kepala, gejala
gegar otak umumnya terjadi karena guncangan keras pada tubuh bagian atas.
Otak terlindungi dari guncangan oleh cairan otak dalam tengkorak. Oleh
karenanya guncangan dan benturan keras pada kepala atau tubuh bagian atas dapat
membuat otak ikut terguncang membentur dinding kepala bagian dalam. Kondisi ini
dapat bersifat ringan, tetapi juga bisa berisiko fatal jika sampai
mengakibatkan pendarahan di dalam atau di sekitar otak.
Menurut tingkat keparahan dan ada
tidaknya pingsan, gegar otak dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis:
·
Tingkat 1: Gegar
otak ringan. Tidak mengalami pingsan, serta gejala-gejala yang dirasakan hanya
berlangsung kurang dari 15 menit.
·
Tingkat
2: Gegar otak sedang. Tidak mengalami pingsan namun gejala yang dirasakan
lebih dari 15 menit.
·
Tingkat
3: Gegar otak berat. Mengalami pingsan.
Gegar otak dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran. Namun pada kebanyakan kasus, orang tidak mengalami
kehilangan kesadaran sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya
mengalami gegar otak. Satu hal yang pasti, setiap gegar otak dapat menyebabkan
gangguan pada otak dalam skala tertentu.
Gejala gegar otak bisa jadi tidak akan segera terasa, namun
dapat berlangsung mulai dari hitungan hari hingga lebih dari beberapa minggu.
Berikut ini beberapa gejala yang umumnya dirasakan:
·
Pingsan atau tidak
sadarkan diri selama beberapa waktu
·
Terasa seperti
berada di tengah kabut
·
Telinga berdenging
·
Mual dan muntah
·
Mata
berkunang-kunang dan pusing
·
Sakit
kepala
·
Cara bicara yang
menjadi kurang jelas
·
Kelelahan
·
Gangguan pada
keseimbangan tubuh
Sementara itu, beberapa gejala berikut
mungkin dapat segera dirasakan, meski ada kemungkinan baru terasa beberapa jam
setelah cedera kepala, antara lain sensitif terhadap cahaya dan bunyi
bising, gangguan tidur, gangguan psikologis dan
perubahan kepribadian, gangguan ingatan dan konsentrasi, depresi, serta tidak mampu mengecap. Umumnya
orang yang mengalami gegar otak dapat pulih sepenuhnya dengan cepat. Namun ada juga
yang mengalami gejala tidak hilang sampai berminggu-minggu lamanya, terutama
jika sudah pernah mengalami cedera yang serupa.
Pada masa kanak-kanak, kepala manusia
cenderung relatif lebih besar dibandingkan tubuhnya secara keseluruhan. Selain
itu, anak-anak lebih sering bergerak aktif ke mana-mana dibandingkan orang
dewasa. Paduan kedua situasi ini menyebabkan anak-anak cenderung lebih sering
terjatuh atau terbentur hingga mengalami gegar otak. Anak yang mengalami cedera
di kepala sebaiknya mendapat pengawasan orang dewasa selama 24 jam pertama
setelah kecelakaan. Hal ini diperlukan karena anak-anak, terutama balita, belum
tentu dapat mengomunikasikan yang mereka rasakan, sehingga perubahan perilaku
apapun perlu dipantau lebih jauh. Namun tanda-tanda gejala gegar otak pada seorang anak dapat dikenali dari hal-hal
berikut ini:
·
Menangis secara
berlebihan.
·
Tidak ingin
bermain bersama mainan favoritnya.
·
Rewel dan menjadi
mudah marah.
·
Lelah dan lesu.
·
Perubahan pola
makan dan pola tidur.
Pemberian obat-obatan apapun harus
dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu untuk menghindari risiko
pendarahan dalam otak. Lebih lanjut, anak Anda bisa jadi berada dalam kondisi
darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit jika mengalami muntah berulang
kali, gangguan koordinasi fisik, cara bicara terganggu, perubahan perilaku
seperti mudah marah, sakit kepala yang memburuk dari waktu ke waktu, tidak
sadarkan diri atau pingsan lebih dari 30 detik. Gejala lainnya adalah gangguan
penglihatan dan kejang.
Pada keadaan pasca cedera, kadar zat
kimia dalam otak juga berubah dan memerlukan waktu beberapa lama untuk dapat
kembali normal. Beristirahat adalah cara terbaik untuk memulihkan fisik dan
mental akibat cedera kepala. Bentuk istirahat yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
·
Membatasi
aktivitas, yang meski terasa menyenangkan tetapi memerlukan konsentrasi lebih
banyak, seperti membaca, menonton TV, atau bermain videogames.
·
Hindari kegiatan
yang banyak bergerak, seperti olahraga, karena berisiko memperparah kondisi
cedera.
·
Hindari
mengonsumsi obat selain yang diresepkan dokter.
·
Di masa
pemulihan, hindari melakukan dua kegiatan di waktu yang bersamaan, seperti
makan sambil menonton TV.
·
Sebaiknya tunda
bepergian dengan pesawat terbang karena berisiko membuat pemulihan tertunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar