Cedera pada otak dapat terjadi dalam dua bentuk secara garis
besar yaitu adanya perdarahan otak atau adanya memar otak yang menyebabkan
pembengkakan jaringan otak. Keduanya merupakan keadaan yang berat dan
membutuhkan penanganan segera. Namun bila dibandingkan antara keduanya lebih
seksama, maka sebenarnya perdarahan otak akibat trauma lebih tidak rumit dalam penanganan
dan tindakan operasinya dibandingkan dengan pembengkakan otak. Dari segi
kesembuhan, maka untuk perdarahan otak khususnya di atas selaput otak (epidural
hematom) dan di bawah selaput otak (subdural hematom), setelah dilakukan
tindakan operasi pengambilan darah dan penghentian sumber darah, maka kondisi
pasien cenderung cepat pulih beberapa hari sesudahnya. Pasien kemudian bisa
pulang 5 hari atau seminggu sesudah operasi. Namun untuk memar atau
pembengkakan otak, masalahnya akan menjadi lebih rumit.
Cedera
kepala yang mengakibatkan pembengkakan otak adalah cedera kepala
yang berat. Begitu beratnya cedera kepala tersebut sehingga tulang kepala yang
cukup keras tidak mampu melindungi otak di dalamnya. Ancaman jiwa terjadi
karena pembengkakan otak dapat mengakibatkan herniasi batang otak, yaitu suatu
keadaan dimana bagian otak yang bengkak kemudian mendesak batang otak yang
kemudian akan menyebabkan kematian. Batang otak adalah struktur paling vital
otak yang terletak di bagian tengah di dalam kepala yang berfungsi untuk mengatur
fungsi hidup manusia (fungsi pernafasan dan fungsi jantung). Penanganan memar
atau bengkak otak biasanya diawali dengan obat-obatan dan segala usaha untuk
mencegah pembengkakan bertambah yang dapat mengakibatkan herniasi batang otak.
Apabila keadaan sudah sangat mengancam dan obat-obatan tidak
bisa mengatasi maka tindakan operasi dekompresi harus dilakukan. Tujuan
operasi adalah membuka tulang kepala dan selaput otak sehingga memberikan ruang
tambahan untuk otak yang bengkak, dan mencegah terjadinya herniasi. Setelah
tindakan operasi, pasien masih harus dibantu dengan obat-obatan untuk mencegah
pertambahan bengkak otak dan kesedaran pasien juga tidak langsung pulih.
Luka pada kepala adalah penyebab utama dari cedera kepala. Luka bisa didapatkan
dari berbagai macam situasi, seperti jatuh, tabrakan lalu lintas, kecelakaan di
rumah atau di tempat kerja, dan penganiayaan. Di Amerika Serikat, penyebab umum
cedera kepala adalah jatuh dan kecelakaan lalu lintas. Anak-anak yang menderita
cedera kepala biasanya balita yang belajar berjalan, seringkali mereka
tersandung oleh sesuatu atau kehilangan keseimbangan yang menyebabkan jatuh dan
cedera kepala. Ketika mereka ditinggal tanpa pengawasan di tempat bermain,
anak-anak juga berada dalam resiko terjatuh karena sesuatu atau kecelakaan lain
yang menyebabkan cedera kepala. Kegiatan olahraga dapat juga menyebabkan cedera
kepala. Bersepeda, basket, bola kasti (baseball), softball, dan sepak bola
merupakan kegiatan yang menyebabkan cedera otak berat. Statistik menunjukkan
bahwa kegiatan atau kendaraan rekreasi seperti mini-bike, go-kart, dan dune
buggies juga dapat menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala
ringan atau berat.
Gejala berikut menunjukkan adanya cedera kepala serius yang
memerlukan penanganan medis segera:
·
Penurunan kesadaran
·
Perdarahan
·
Laju pernafasan menjadi lambat
·
Linglung
·
Kejang
·
Patah tulang tengkorak
·
Memar di wajah atau patah tulang wajah
·
Keluar cairan dari hidung, mulut atau telinga (baik
cairan jernih maupun berwarna kemerahan)
·
Sakit kepala (hebat)
·
Hipotensi (tekanan darah rendah)
·
Mudah mengantuk
·
penglihatan kabur
Perawatan cedera
kepala di rumah sakit biasanya meliputi:
·
Obat penghilang rasa sakit untuk mengatasi sakit
kepala.
·
Tidak boleh makan dan minum sampai diizinkan dokter.
·
Obat anti muntah untuk setiap kali mual atau muntah.
·
Jika penderita mengalami sakit pada leher, pemeriksaan
leher dengan X-ray mungkin akan dilakukan.
·
CT-Scan mungkin juga diperlukan.
·
Untuk kasus cedera kepala ringan, biasanya penderita
tidak memerlukan rawat inap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar